Masjid Tertua di Desa Ngoro -oro Patuk Gunungkidul


MASJID ALHUDA TERTUA DI DESA NGORO ORO PATUK GUNUNGKIDUL

Majalah Burung Pas.com, Halaman Wisata Religi, Masjid Al Huda adalah sebuah Masjid tertua di kalurahan Ngoro-oro, tepatnya Dusun Senggotan. Masjid yang tertua di daerah ini merupakan tempat menyebarkan ilmu agama Islam dan untuk menimba Ilmu bagi warga di kalurahan tersebut.

Masjid di dirikan atas prakarsa Bapak Wakijan (Iman Sudiro) sekitar tahun 1940-1950 an,(meskipun tertua, tetapi secara pasti memang tidak ada prasasti) Masjid berdiri di atas tanah milik warga, yang kemudian tanahnya di wakafkan untuk tempat ibadah.

Awal masjid di bangun hanya berupa sebuah langgar (tempat ibadah kecil) dan  hanya berdinding anyaman bambu, gedek. Sedang atap genting juga tipis (warga menyebutnya genteng kripik ) karena terlihat tipis terbuat dari tanah liat.

DI BANGUN SECARA GOTONG ROYONG

Seluruh warga di kalurahan Ngoro-oro pada waktu itu mendukung penuh berdirinya masjid, sehingga pembangunan di lakukan secara bergotong royong, bahkan 4 tiang utamanya di dapat dari sumbangan warga dari dusun Soko, dan Jati kuning. Tiang penyangga utamanya berupa kayu Jati dan galih kayu sono keling yang kuat.

Warga dalam mengerjakan fasilitas kepentingan umum dan dalam membuat masjid memang suka bergotong royong.  Salah satu anggota Ta’mir masjid, Bapak Ngadirin mengatakan “ 4 tiang utamanya memang di dapat dari dusun tersebut dan itu merupakan wujud dukungan agar sarana ibadah pada waktu itu segera berdiri.

Pada tahun 1980 an  barulah di tambah serambi masjidnya 'Ungkap Ngadirin menerangkan kepada wartawan majalah burung pas.com ini.

Seiring menyebarnya penduduk yang mencapai 100 % beragama  Islam, maka warga yang beribadah, mulai tak tertampung, sehingga masjid di perluas serta di rombak total.

Sejak tahun 1975 masjid kemudian di renovasi, bahkan diganti dengan bangunan permanent, berupa  pondasi batu kali yang berkualitas dan tembok yang terbuat dari pecahan batu kali pula. Luas masjid semula kurang dari 50 meter persegi, kemudian di lebarkan sekitar 8 x 12 meter persegi.

MASJID CIKAL BAKAL DAN CIKAL BAKALNYA MASJID  

Masjid Alhuda  Senggotan adalah masjid yang menjadi tempat  cikal bakal syiarnya agama Islam di kalurahan Ngoro oro dan sekitarnya.

Bahkan Perintis pertamanya Bp. Iman Sudiro juga menjadi tokoh sentral di kalurahan Ngoro-oro, selain juga di percayai menggemban amanah, sebagai Pamong Desa (Modin/Kesra nama sekarang)  dan menjabat selama 41 satu tahun.

Para saksi dan murid yang meneruskan perjuangannya mengatakan, penggagas berdirinya masjid ini juga telah menjadi panutan sejak masih muda,

yang  lahir  tahun 1921, asal desa  Salam yang masih satu kecamatan Patuk, juga merupakan salah satu pendiri kalurahan yang membidangi agama, Dan wafat tahun 1995.

MASJID MEMPERKUAT AQIDAH

Berbicara masjid cikal bakal, karena di kalurahan ini dan beberapa kalurahan di Kecamatan Patuk, pada tahun 1930 warga saat itu, masih banyak yang menganut kepercayaan animisme, dimana warga, sering mengeramatkan batu besar, pohon besar, belik, (sumber air) bahkan benda-benda ini juga ada yang di sembahnya, maka dengan datangnya ajaran yang benar, maka masjid menjadi salah satu petunjuk yang tepat.

Dengan munculnya Masjid Alhuda pada waktu itu, membuat warga menjadi punya pegangan Aqidah dan petunjuk, kemudian menganut tauhid yang benar, selanjutnya menyembah Alloh Swt.

Sebelum datangnya Islam warga semula juga, mengeramatkan hari, (sebagai hari yang di hindari saat akan ada hajatan) semisal Selasa Kliwon, Jumát Kliwon dan lain - lain, tetapi kini  sudah hilang.

TAUKHID KUAT WILAYAH JADI MAKMUR

Para Dai desa, memang memiliki tugas untuk meluruskan hal-hal tersebut, agar warga penganut ajaran Islam hanya menyembah Alloh Swt, oleh karena itu, untuk mensinkronkan kondisi, Pengurus Ta'mir sedesa saban selapan sekali menggelar pengajian, tiap Sabtu Pon malam Ahad Wage dan bergiliran.

Kegiatan rutin  ini telah berjalan dari tahun 1969. Adapun masjid yang yang tergabung  adalah masjid AlHuda, Al Amin, Soko wetan, Syakirin Sepat, Al Barokah Tawang, Al Hajar Aswat Jatikuning, Al Muhtadin Klegung, Al Mufid Gembyong,  Baitul Hikmah, salaran, Quwatul Islam Soko Kulon, Muttaqin, Al Hidayah Watu gede, dan Utama Jati.

Satu masjid yang tidak ikut lapanan, yaitu masjid Gunung Asem, meskipun demikian, warga di dusun ini tetap kompak menjalankan ibadah di masjidnya, apalagi di bulan Ramadan seperti ini,   “Kata lurah desa Sagiran, yang merangkap Ketua ta’mir desa tersebut.

Ia juga menambahkan, kegiatan ini masih berlaku sampai sekarang, dan selalu konsen menyebarkan ajaran Islam yang benar, dan Alhamdullillah, para Pamong Desa sepakat semua dan menjalankannya  ”ujarnya lagi.

"Nah tak heran apabila pemirsa datang di daerah kami, pemukiman warga sudah tampak makmur, tanaman dan pertanian juga subur, Mungkin ini berkat taukhid yang kuat, sehingga sang maha Kuasa memberikan kemakmuran, walaupun  di akui masih perlu di perkuat dan di tingkatkan secara mendalam  “bebernya.  

CIKAL BAKAL MASJID

Masjid Ahuda merupakan cikal bakal di kalurahan tersebut, bahkan ada yang menyampaikan juga merupakan masjid yang pertama kali berdiri di kecamatan patuk.

Masjid Alhuda tersebut di bagun dengan dinding pecahan batu kali (batu tengsalah) di balut dengan prekat sement merah atau batu bata yang sudah di giling.

Arsitektur Masjid di ambil dari putra daerah yang telah memiliki pengalaman, saat di luar daerah.

<<< Bangunan tembok dinding masjid setebal 30 cm.

Meskipun rangkaian adonan tidak pakai  perekat semen, tetapi bangunan  tetap kuat, dan tak pernah retak, walaupun tinggi dindingnya setinggi 3 meter, dan tebal dindingya 30 cm.

Dalam catatan, lantai dan sebagian bangunannya sudah memakai perekat sement, termasuk lantai yang berkeramik.

PERANTAU SELALU MENYUMBANG " ADA GEMPA MASJID TETAP KUAT

Menariknya setiap warga yang merantau, selalu sadar meluangkan sebagian rezekinya untuk menyumbangkan dananya, untuk kemajuan masjid,  baik itu yang bekerja  di luar negri maupun yang bekerja di luar daerah, sehingga masjid bertambah bagus. 

Saat bulan Mei tahun 2006 terjadi gempa bumi, masjid ini tetap kokoh, dan hanya genteng yang sebagian saja yang melorot, padahal sebagian rumah di sekitar masjid ada yang roboh dan rusak. *fid *

Sharing Berita

Berita Terkait


Tidak Ada Komentar


Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi