Isu Pulung Gantung Gunungkidul Meresahkan Harus Di Minimalisir Peran Alim Ulama Di Butuhkan


dok foto venomena alam

Gunungkidul Hobi majalahburungpas.com warta daerah kasus gantung diri di gunungkidul menjadi tragedi kemanusiaan yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan alim ulama agar kasus - kasus serupa tidak terjadi.

Mitos pulung gantung di Gunung sampai saat ini keberadaannya masih menjadi momok yang di taakutkan  oleh sebagian masyarakat luas di Gunungkidul.

Pulung gantung dipercaya berbentuk seperti cahaya kemerah-merahan yang menakutkan selalu memakan korban manusia warga di Gunungkidul sehingga di beritakan banyak media massa  karena di kait-kaitkan dengan sosok Banaspati ? Apa sebenarnya mitos pulung gantung tersebut?

Memang ada pro dan kontra tentang keberadaan pulung gantung ini sehingga mengundang perhatian oleh sebagian kaum muda  yang telah modernis, kaum muda menolaknya atau tidak mempercayai keberadaan pulung gantung tersebut, justru kaum muda menganggapnya hanyalah tahayul belaka.

Berbeda dengan  golongan sepuh, spiritualis, atau pengikut ajaran yang mempercayai keberadaan pulung yang dianggap mengerikan tersebut.

Namun demikian tak banyak tokoh spiritual, budaya, apalagi masyarakat awam yang bisa menggambarkan dengan jelas wujud pulung itu. Hanya tradisi lisan yang turun-temurunlah yang menyebut, bahwa pulung gantung itu berupa cahaya seperti meteor yang jatuh ke bumi, berwarna merah menyala seperti api.

Seperti yang diceritakan sesepuh Gunungkidul, Mbah Kyai Sobo, Minggu, 29/01/2017 sore. Spiritual asli Gunungkidul ini mengatakan, kalau keberadaan pulung gantung itu sebenarnya memang ada. Dilihat dari kacamatanya pulung gantung itu mengincar orang-orang yang pikirannya kalut, banyak tekanan pikiran, stress dan sering ngalamun tidak karuan juga yang pikiranya kosong dan yang jelas mencari orang-orang yang imannya lemah.

“Yang jelas pulung itu mengincar orang-orang yang ada hubunganya dengan pikiran dan orang yang imannya lemah,” tutur Kyai Sobo.

Dan jangan salah, lanjutnya, pulung itu mengincar seseorang tidak hanya sehari dua hari, tapi berhari-hari bahkan berbulan-bulan, mereka (pulu gantung) itu selalu mempengruhi terus menerus targetnya. Begitu lengah terkena bujukanya, maka berhasilah target yang di incarnya, korban sudah tergantung dan tandanya dibawahnya pas tempat orang menggantung itu kalau digali pasti ada gelu (bulatan tanah) jumlahnya tiga.

“Kalau lengah terkena bujukannya maka berhasilah target yang diincarnya, korban sudah tergantung dan dibawahnya biasanya kalau digali ada gelunya 3 biji,” jelasnya.

Menurut Kyai Sobo, target selanjutnya bisa dilihat dari menghadapnya orang menggantung, kalau menggantungnya menghadap ke selatan, korban berikutnya biasanya disebelah selatan dari korban sekarang, pungkasnya.

Cerita Kyai Sobo mungkin ada benarnya, kalau dilihat dari banyaknya gantung diri di wiliyah Gunugkidul  fenomena itu ibarat gunung es. Setiap tahun selalu terjadi kasus bunuh diri. Depresi, sakit menahun, pikiran kosong dan faktor ekonomi menjadi motif paling dominan yang mendorong seseorang mengakhiri hidup dan semua itu tidak lepas dari pikiran dan keimanan seseorang yang masih lemah.

Walaupun sudah terkena incaran pulung gantung, kalau iman seseorang itu kuat maka insya Allah akan selamat dari godaan pulung atau setan tersebut.

Seperti cerita Tugino (48), warga Nglipar ini, ia setengah percaya sebagian tidak kalau mitos pulung gantung itu ada. Hebohlah masyarakat sekitar, sehingga semua tali termasuk bengkung dan kain pajang (jarik) milik orang tua Kentur diumpetin sama tetangga terdekat, hal ini untuk mengantisipasi supaya yang tidak diinginkan terjadi.

Memang waktu itu ibu saya bilang, setiap sendiri dirumah perasaannya itu pinginnya gantung diri dan tempatnyapun dikatakan, kelihatannya disini enak,” kata Tugino menceritakan kata-kata ibunya waktu itu.

Tetapi karena ibu saya itu sholatnya kuat maka kadang perasaan itu dilawan, kadang kalau perasaan itu muncul (perasaan akan gantung diri) ibu saya berteriak, tidak mau, tidak mau aku mati dengan cara seperti itu, masih kata Tugino menceritakan kata ibunya.

Karena saya khawatir dengan kondisi ibu saya, lanjut Tugino, maka saya mengundang orang pintar supaya rumah dan pekarangan saya disyarati. Menurut orang pintar itu, memang ada pulung gantung yang berada diatas rumah orang tua saya itu,berupa tali melingkar yang ditunggui 2 makluk hitam yang menjaga tali tersebut. Mungkin itu yang dinamakan pulung gantung, tetapi persisnya saya juga tidak tahu, itu kata orang pintar tersebut.

“Tetapi memang aneh, setelah di syarati orang pintar tersebut, ibu saya kembali normal lagi, tidak punya perasaan untuk gantung diri, sampai akhir hayatnya ibu saya, perasaan itu tidak muncul lagi,” pungkasnya.

Sampai sekarang polemic mitos pulung gantung masih menjadi perdebatan antara yang pro dan kontra. Sementara itu menurut I Wayan Suwena saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, baru-baru ini menjelaskan bahwa tindakan bunuh diri di Gunungkidul merupakan tragedi kemanusiaan yang penyebabnya masih menjadi sebuah misteri.

Menurut Suwena, seringkali tindakan bunuh diri dikaitkan dengan hal-hal bersifat mistis yaitu mitos pulung gantung.  Maraknya kasus bunuh diri sebagai akibat pelaku bunuh diri terkena atau kejatuhan pulung gantung. Adanya mitos pulung gantung ini melegitimasi tindakan bunuh diri masyarakat Gunungkidul.

Oleh sebab itu yang perlu di perkuat dalam kehidupan sehari hari terutama bagi yang imannya lemah, minim penghasiln atau banyak kasus rumah tangga, maka jalan yang paling tepat adalah berserah diri kepada Yang Maha Kuasa dan berusaha untuk memper tebal Iman melalui majelis –majelis taklim dan siraman rokani.

Dengan demikian godaan syaetan yang terkutuk bisa sirna , Tentu pula fenomena ini juga menjadi tanggung jawab semua pihak terutama pemerintah bagimana agar kasus -kasus serupa tidak  terjadi ‘Fid/Ym

Sharing Berita

Berita Terkait


Tidak Ada Komentar


Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi