Grebeg Mauludan kraton jogja meriah warga berebut hasil gunungan
PRAJURIT LOMBOK ABANG MENGAWAL ACARA GREBEG MULUDAN 3/1/2015
Jogja-media online majalahburungpas.com mengupas budaya, sabtu 3 Januari 2015 di kompel pagelaran kraton jogja berlangsung grebeg yang telah membudaya sejak para wali. Sebagai bagian syiar islam.
Grebeg Maulud itu sendiri hingga sekarang diperingati oleh Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat serta di lakukan sama pada saat Kerajaan Islam Demak yakni sebelum Kerajaan Mataram Islam.
Grebeg Maulud yang di peringati itu semula dengan nama Grebeg Besar (Grebeg Agung) Sebab buka oleh Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak.
Para pakar sejarah ada yang mengungkap pada masa kerajaan majapahit Prabu brawijaya ada budaya Srada yakni semacam perayaan besar.
Tradisi ini lantas dilestarikan oleh Keraton Yogyakarto hadiningrat bernama Grebeg Maulud bersamaan dengan memperingati Mualid Nabi Muhammad SAW.
Perayaan gerebeg mualud setiap tahunnya menjadi bagian bentuk serta rasa kecintaan Raja Ngayogyokarto hadiningrat Sri Sultan HB X kepada rakyatnya,dengan memberikan sejumlah hasil pertanian yang di buat para abdi dalem membentuk gunungan.
Gunungan ini setelah usai di kirap dan di doakan maka di usung ke masjid gede kauman, ke bangsal kepatihan dan pakualaman yang jumlahnya pada 3 januari 2015 sebanyak 7 gunungan.
Terpantau arak arakan yang di kawal para bregodo prajurit kraton jogja mendapat antusias hingga akhir acara yakni perebutan gunungan di 3 titik utama tersebut.
Sejumlah kegiatan perebuatan gunungan di depan masjid agung kauman, seperti ungkapan warga dari bantul yang mendapat makanan ketan dan bambu serta kulit pohon pisang, mengaku gembira dapat meraih apa yang di hrapakan.
Ketika di tanya, bagi yang percaya hal itu bisa sebagai penyubur tanaman lohh “paparnya serius ketika di wawancarai para wartawan. Tim red