Masih adakah peluang bisnis usaha perkutut bagi wong cilik ?


perkutut mudah berkembang dan dari sisi ekonomi menguntungkan

Majalahburungpas.com memuat dengan gaya bahasa wong Cilik, berita  ini mungkin menjadi dasar saat anda akan tampil menjadi peternak perkutut. Memilih jalur hobi dengan memelihara burung perkutut memang tidak salah, dan itu perlu di coba. Nah kemungkinan berhasil itu ya jelas ada, begitu pula sebaliknya merugi itu juga selalu ada peluangnya.

Nah seperti apa, dan bagaimana bila seseorang itu mau terjun menjadi pelomba dan bisnis burung perkutut ? Berikut ini adalah hasil wawancara kami dari para peternak, baik di Jawa, Sumatera, Bali, dan Madura, dimana pengalaman itu di dapat saat media ini sidak dengan para perkutut, baik yang kelas teri, sedang, serta besar atau professional.

Berita ini telah kami gabungkan agar pemirsa mampu mengolah dengan tepat, sehingga tidak menyebut para nara sumber, namun sudah tergabungkan, tetapi yang jelas ulasan yang sangat sederhana dan lumrah bagi wong cilik justru malah kami ulas, karena itulah yang mampu  menjadi daya dorong setiap pemula, baik si kaya maupun si Miskin (pemodal besar-pemodal  kecil).

Beternak perkutut, sebenarnya adalah sangat mudah, dan itu bisa di lakukan oleh siapa saja, asalkan dengan niat yang sunguh sungguh. Kita berbicara dari kelas teri saja, yaa PEMIRSA  sebab nanti ndak di kira muluk muluk, mengumbar janji.

Begini, satu pasang perkutut Rp 500 saja, sudah bisa kita dapatkan dan di ternakan. Agar burung tersebut berkembang kiranya perlu di rawat dengan baik dan telaten. Satu pasang perkutut setelah masa birahi akan dapat bertelur, dengan jumlah telurnya sekitar 1-2 butir dalam sekali masa menelur

secara alamiah burung akan mengerami telurnya sekitar 15 hari saja. Setelah piyik menetas, salama 1 bulan hanya di butuhkan pakan sekitar kalau di rupiahkan hanya  Rp. 6.000 saja,  pakan tersebut meliputi milet merah, putih serta sedikit Voer (pakan pabrik) di  tambah vitamin.

Selama sebulan  berbicara jumlah pakan hanya membutuhkan sekitar 1-2 on saja, dan bila di rupiahkan,  hanya sekitar 6000. Bayangkan !! bila kita menjual hasil produksi 1 ekor hanya sekitar Rp.30.000 saja itu sudah ada keuntungan Rp 24.000 untuk tiap ekornya, jadi dengan demikian, beternak perkutut tidak merugikan.

Nah lain hal, bila produk kita itu di jual tidak dengan harga Rompes, kata orang Jogja dan Rombeng untuk kata Orang Jateng serta breng-brengan ”kata orang Surabaya, hasilnya tentu lebih tinggi, itupun tak perlu ikut lomba dan segala bentuknya.

Untuk melihat prospek ini memang ada gejala yang positif, yaitu bidang perkututan sampai saat ini, merupakan sarana dan ajang untuk mencari relasi, di samping Persatuan yang menaungi perkutut yaitu P3SI adalah organisasi yang sangat solit, dalam mengelar acara-acara lomba di samping peternakan perkutut sangat merakyat.

Info yang perlu di pandang setrategis, info info tentang perkutjut dan segalA tek tek bengeknya juga di update oleh majalah burungpas.com ini, sehingga ini menjadi bahan  renungan kenapa perkutut lebih mapan untuk di lirik.

Menariknya yang lain, Prosesing dalam memberikan pakan tidak sesulit ternak yang selain perkutut, sebab ibarat pakan di wadah dan minumnya  tidak telat saja, burung tidak mati  dan bisa berkembang dengan sendirinya  “fiq”

Sharing Berita

Berita Terkait


Tidak Ada Komentar


Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi