Bakpia Dhiyat,Tawarkan cita rasa yang berbeda


pak Diyat menunjukan karya bakpia

Warta bakpia sajian majalahburungpas halaman kuliner, Bakpia Dhiyat Jadi Langganan Presiden Direktur Mayora, Bakpia Dhiyat mungkin tidak sepopuler bakpia Pathuk.

Namun soal rasa, bakpia Dhiyat pasti lebih nyosss. Teksturnya yang lembut dan kacang hijau yang legit akan membuat Anda ketagihan. Makan jangan heran jika pelanggan tetapnya mulai dari walikota Yogyakarta, Heri Zudianto hingga Presiden Direktur Mayora.

                Adalah Giyat, sang punggawa bakpia Dhiyat. Di tangannya perpaduan kacang hijau, gula pasir serta aneka bumbu diolah sedemikian rupa sehinga menghasilkan bakpia bercita rasa legit. Tidak keras ataupun terlalu manis seperti bakpia pada umumnya.

                Kepada majalahburungpas.com, pria berusia 52 tahun ini menuturkan bakpia buatannya memang mengutamakan kualitas. Mulai dari bahan baku, seperti kacang hijau, minyak goreng dan gula pasir, yang nomor satu. Bahkan minyak goreng dan gula pasir merupakan produk khusus yang tidak dijual di pasaran.  Kualitas produknya juga dilakukan saat proses produksi. Dari bahan yang berkualitas inilah maka dihasilkan bakpia dengan rasa istimewa.

                Keistimewaan yang ditawarkan bakpia Dhiyat bukan hanya rasa. Namun juga varian, selain kacang hijau, Giyat memproduksi bakpia keju serta bakpia Cokelat. Meski hanya diproduksi bila ada pesanan, bakpia keju dan cokelat tak kalah legitnya. “Setiap ke Yogya Presdir Mayora pasti mampir ke sini. Sedangkan walikota Yogyakarta hampir setiap minggu beli bakpia ke sini pula” kata pria asal Wonosari ini.

                Lebih jauh ayah dari tiga orang anak ini mengungkapkan bakpia olahannya merupakan hasil kreasi serta inovasi saat bekerja di bagian produksi. Pekerjaan yang dijalani selama 2,5 tahun tersebut memberikan banyak pengalaman. Hingga akhirnya ia memutuskan keluar dari pekerjaan itu dan berupaya untuk mandiri.

                Dipilihnya usaha produksi bakpia sebagai ladang bisnis karena ia melihat peluang pasar panganan khas Yogyakarta ini masih terbuka lebar. Apalagi pengusaha bakpia saat itu belum banyak. Dia berkeyakinan bakpia akan selalu dicari konsumen. Selain itu bisnis makanan khas atau oleh-oleh tidak akan terkikis oleh perubahan waktu.

                Prediksi itu pun menjadi kenyataan. Terbukti usaha yang dirintis sejak awal 1986 ini telah memberikan keuntungan yang lumayan tinggi. Rumah yang dulu di kontraknya dan berdinding bambu, yang dijadikan tempat produksi, kini telah menjadi miliknya. Bukan itu saja, pekarangan yang ada di sampingnya tak luput dibelinya. Dan kini berdiri sebuah rumah berlantai dua lengkap dengan mobil baru.

 

 

                Bakpia Dhiyat awalnya dititipkan ke toko

                Pemasaran di awal usaha dijalani Giyat penuh kesabaran. Suami dari Tusiyem ini harus rela berkeliling hingga Magelang untuk menyetorkan bakpia ke toko-toko ternama dengan menggunakan sepeda motor.

                Namun berkat keuletan serta ketelatenannya bakpia buatannya diterima pasar dengan baik. Pesanan demi pesanan terus berdatangan. Bila dulu harus repot-repot memasarkan atau menitipkan ke toko-toko di Yogyakarta hingga Magelang, lambat laun pembelinya justru datang langsung ke rumah Giyat. Maka sejak tahun 1989, Ia pun memutuskan berhenti keliling.

                Selain dicari pembeli dalam kota, bakpia Dhiyat juga diburu pecinta kuliner luar kota. Seperti Purworejo, Purwokerto, Semarang, Surabaya, Bandung, Jakarta sampai dengan Palembang. Bahkan bakpia produksi Giyat ini pernah dibeli oleh Presiden SBY untuk hidangan di acara forum Lurah dan Kepala Desa se-Indonesia di Istana Negara. Tidak hanya sampai di sini, bakpia Dhiyat juga sering dijadikan oleh-oleh TKI yang akan kembali ke Malaysia atau Jepang.

                Kini di rumah produksinya, meski di tempat tersembunyi, dengan dibantu 3 orang pekerja, ia mampu menghasilkan 115 - 120 dus di hari biasa atau sekitar 25 kg kacang hijau. Sedangkan di hari libur panjang, dengan dibantu 11 orang, dalam sehari mampu memproduksi hingga 5.000 dus.

                Seperti pemasaran pada umumnya, Giyat menjual bakpia seharga Rp 15.000,-/dus berisikan 20 biji. Sedangkan untuk bakpia Cokelat ditawarkan dengan harga Rp 20.000,- dan bakpia bercita rasa keju hargnya mencapai Rp 35.000,-/dus.

                Menurut Giyat, ketika ada kemauan yang dipadukan dengan ketelatenan serta keuletan semua peluang usaha dapat dijalankan. Terlebih bisnis makanan khas atau oleh-oleh.Contoh adalah bakpia. Dengan kreasi  dan inovasi terutama dari segi rasa, produknya dapat memberi keuntungan yang tinggi. Bahkan dapat memperkerjakan orang lain. Anjar

Sharing Berita

Berita Terkait


Tidak Ada Komentar


Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi