Desa wisata mampu menghidupkan tradisi yang mulai hilang mampu memelihara keunikan seni dan budaya lokal

foto bersma di pasca pembukaan acara
- Ngayogyokarto-media hobi majalahburungpas.com, warta info umum warta daerah terkait wisata sekitar dua belas unsur kebudayaan menarik kedatangan wisatawan yakni bahasa,tradisi, masyarakat, kerajinan tangan, kuliner, kebiasaan makanan, kesenian, musik, sejarah, tehnologi, lokal, religi,kuliner, cerita rakyat, karekteristik, seni budaya,busana, system pendidikan,arsitektur dan aktivitas waktu senggang.
Hal tersebut, paparkan, Gubernur DIY Sri Sultan HB X, dalam pembukaan Rakernas I IHGMA yang belangsung di Grand Mercuri Hotel, Yogyakarta, Sabtu (5/5/2018).Hadir kepala dinas Bupati Sleman Drs. Sri Purnomo, Kepala Dinas Pariwisata Ir. Aris Riyanta, M.Si, Polda DIY,
Korem 072/Pmk, Ketua Umum DPP IHGMA Wishnu HS Al Bataafi,Ketua Umum IHGMA DPD DIY,Ketua DPD Ketua PHRI DIY Istidjab Danungoro,Rakernas I IHGMA diikuti anggota IHGMA se Indonesia.
Sultan menjelaskan, kebudayaan sebagai obyek pariwisata semakin beragam mencakup isi maupun wujudnya, implikasinya keterkaitan antara budaya dan pariwisata, meskinya bukan hanya berhenti untuk mempromosikan visualnya budaya fisiknya.Tetapi aspek substansia nilai dan perilaku serta adat istiadat masyarakat sebagai destinasi wisata.
Sementra itu, wisata budaya, jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai obyeknya yang berbeda wisata minat khusus lain, seperti wisata alam, petualangan dimana atraksi wisata dikemas dalam sajian versi padat.
Ditambahkan,berbagai penelitian, pariwisata telah merusak kebudayaan lokal, karena telah memaksa ekspresi kesenian lokal dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan pariwisata , agar bisa dijual kepada wisatawan, seperti sendratari Ramayana tidak lagi disajikan secara utuh, Tari Kecak yang sudah hilang nilai sacral,karena disesuaikan dengan terbatasnya waktu kunjungan wisatawan.
Para antropolog, pariwisata sangat memperkuat, terjadinya alkuturasi budaya secara selektif. Meski perubahan sosial ekonomi sedang terjadi. Kepariwisataan telah memperkuat konservasi, reformasi dan penciptaan kembali berbagai tradisi.
Fenomena mengangkat wisata pedesaan di DIY yang membentuk aktivitas bersama, pola interaksi antara wisatawan dengan masyarakat setempat yang memberikan dampak lingkungan.
Kehadiran pariwisata menyebabkan budaya cocok tanam menjadi atraksi yang bisa dijual kepada wisatawan,sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan.
Adanya desa wisata mampu menghidupkan tradisi yang mulai hilang dan mampu memelihara keunikan dari setiap seni dan budaya lokal, karena wisatawan mencari sesuatu yang tidak ada di negeri asalnya.” ungkap Sultan. niken/ isan riyanto