Simposium Bahas Karakter Toleransi Bangsa Bisa Meredam Percikan Api Akibat Gesekan Antar Umat Beragama

NARA SUMBER DALAM SIMPOSIUM INTERNASIONAL DAN SUARA MUHAMMMADIYAH
Jogja media hobi majalahburungpas.com, warta nasional info umum arus informasi dewasa ini lebih cepat di banding pada abad yang lalu, arus informasi yang begitu gencar cepat dapat mempengaruhi bahkan mungkin memiliki potensi mengubah sebuah keputusan.
Disektor perdagangan juga tidak ketinggalan masalah agama, bahkan social dan budaya. Agama adalah hal yang mudah di pakai untuk isu sebuah gerakan politik, di samping kesenjangan social, ekonomi, dan perbedaan etnis, rentan terhadap konflik sosial
Propaganda tentang Indonesia, krisis radikalisme dapat dilihat di media dunia. Kemajuan teknologi membuat hal yang sangat kecil yang terjadi diketahui orang di seberang benua.
Toleran siantar umat beragama di Indonesia sebenarnya cukup menarik perhatian dunia, perjalanan sejarah panjang bangsa, Indonesia dikenal sebagai Negara yang penduduknya beragama Islam, (muslim) sekalipun diakui pasang surut dan dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik.
Diberbagai diskusi di forum internasional dan interfaith dialogue yang diprakarasi Indonesia kemudian diselenggarakan diberbagai belahan dunia, Indonesia tetap dihormati sebagai Negara yang sukses dalam menjaga keharmonisan antarumat beragama.
Hal tersebut,ditandaskan, Prof. Dr. Philipi K Widjaya, dalam Simposium Internasional bertajuk Genre Sosial- Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia yang diselenggarakan oleh Suara Muhammadiyah,di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta,Rabu (10/5/2017). “Negara ini didirikan oleh rakyat Indonesia, yang mana Muslim adalah mayoritas.
Dalam perjuangan panjang sebelum merdeka dan setelah merdeka, tujuan selalu untuk Indonesia.” Ungkap pendiri Friend ship Indonesian Palestine Intiative (IPFI) Prof Philip. Hadir dalam symposium tersebut al, elemen, organisasi masarakat, masyarakat Tionghoa, Akademis, mahasiswa dan masyarakat umum.
Pantauan sejumlah awak media diskusi dan simposium tersebut bahasan para narasumber memang cukup menarik, Apalagi Prof. Dr. Philipi K Widjaya, memaparkan lahirnya, Pancasila dan UUD 45 adalah bukti dan komitmen paling kuat seperti apa Indonesia yang bertoleransi dan bersatu.
Menurutnya, karakter toleransi bangsa mampu mengembalikan kondisi yang kurang baik dan mampu meredam percikan api akibat gesekan, dan kembali pada kehidupan yang rukun dan damai. Peran yang tak kalah pentingnya, adalah para pemimpin, karena pemimpin adalah yang dihormati dan dianut oleh umatnya.
Toleransi wajib kita miliki, untuk mencapai toleransi antar umat beragama, perlu dibangun niat untuk melakukan komunikasi kemudian dilanjutkan sikap jujur, saling menghormati dengan etika dan morality.
Sejumlah pembicara lokal dan internasional, Dr. Hadar Nashir M.Si, (Ketua Umum PP Muhammadiyah),Prof. Dr.Dien Syamsudin (Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat), Prof.Dr. Yunahar llyas (MUI/Ketua PP Muhammadiyah).
Jazilus Sakho (PBNU), Prof.r.Philip K Widjaya (Ketua Walubi Bidang Hubungan Internasional), Dr. Syafii Antonio (Ekkonomi dan Cendekiawan Islam),Dr.H Sew Wai Weng (Peneliti ISEAS-Yusuf Ishak Institut Singapura), dan Dr. Yuanda Zara (Sejarawan UGM), Prof. Dr.H Ahmad Syafii Maarif dan sebagai Keynote Speaker Dr.H.Asman Abnur, S.E.M.Si.’isan riyanto
Sharing Berita
Berita Terkait
- Wisata jembatan londho di kawasan lava bantal saksi sejarah pengeboman lanud maguwo
- Makna Dan Tri Hari Sucii 'Paskah 2017
- Wuiich Ujang Bf Bangkit Lagi 'Pasca 500 Burung Perkututnya Di Sikat Maling
- Watu Gilang Watu Yang di Hiasi Seni Pahat Menyerupai Binatang Gajah Dan Ikan 'Di Mana itu Brow ?
- Gerakan Ekonomi Tak Semata Bisnis Maka Apotik 3P Hadir Melayani Umat
- Pengguna dan Pengedar Narkoba di Bekuk 'Barang Bukti di Bakar
- Sri Sultan ‘Keris Sebagai Dasar Manunggaling Kawula Gusti
- Telaga kemuning eksotis sayang pokdarwisnya fakum tak beraktifitas
- Peringati SO 1 Maret Mengejar Cita-cita Bangsa Yang Berkeadilan
- Keris Indonesia di tetapkan Unesco Sebagai Karya Agung Budaya Lisan Wajib Di lestarikan