Sutarjo Guru Ngaji Lintas Desa, Kini Jadi Ustad Kondang


SUTARJO SAG. SEMULA GURU NGAJI LINTAS DESA

Redaksi Pas TV group majalahburungpas.com, Siapa bilang karier guru gaji suram, buktinya Sutarjo asal Besiharjo Jatikuning Ngoro-oro Patuk Gunungkidul Yogyakarta, kini menjadi ustadz kondang yang banyak di undang dan di pakai untuk mengisi pengajian dan rentetan keagamaan di Yogyakarta.

Mantan Guru ngaji anak-anak ini semula hanya sebagai pengajar di desanya yang tak pernah dapat honor, bahkan untuk mensyiarkan agama Islam harus berjalan kaki hingga lebih dari 10 Km dalam tiap tugasnya.

Kegiatan menjadi guru ngaji ini di awali sejak masih single atau remaja sekitar tahun 1983 an. Saat media Pas TV ini berbincang bincang di tempatnya beberapa waktu yang lalu Sutarjo mengungkapkan karier menjadi guru ngaji bermula dari panggilan hati dan berguru di masjid Syuhada’ atau dulu saat ada muslim study group (MSG).

Dari sekian penda’i yang terjun di lapangan menurut media ini, sosok Sutarjo yang asli desa bisa mengorbit menjadi ustadz yang banyak pengikutnya, hal ini karena dalam penyampaian wawasan tentang agama Islam dengan memakai cara rileks dan sering bercanda sehingga para jamaahnya bisa mengerti dan menerima ucapannya hingga tercerahkan.

Kian dikenalnya Sutarjo S.Ag saat menginjak dewasa lantas Ia juga lebih konsentrasi sehingga menempuh pendidikan tartil AlQuran,di AMM di Kotagede hingga memperoleh pengalaman yang bisa di tularkan kepada seluruh kaum muslimin di desanya dan meluas di kecamatan Patuk, bahkan melebar ke DIY dan sekitarnya.

Kini Sutarjo tetap Sutarjo yang dulu, namun dalam penyampaian saat ini telah mencapai peningkatan yang cukup spektakuler sehingga menjadi ustadz yang berbobot dan kondang sebagai pencerah.

Kiprah Sutarjo kian moncer setelah beristri dan istrinya juga mensuport di ragam kegiatan khususnya di saat Ia sedang di undang untuk mengisi pengajian, baik  syawalan, Khotib Idzul fitri, hajatan, isra’mikroj dan lain-lain sehingga ia terus menjadi ustadz yang dekat kepada jamaahnya.

Menurut catatan media ini, dulu saat menjadi guru ngaji dan menggunakan motor tahun 1990 an pernah Ia di sabotase,yakni tutup olinya di lepas orang yang kurang suka dengan kehadiran Sutarjo, dan mesinnya di beri garam, tentu saja motornya tersebut menjadi rusak dan mogok.

Usai melepas masa bujangnya ia berkarier di kantor Depardemen Agama Kota Yogyakarta sebagai Humas. Tugas kantornya tersebut tidak lepas dari perjuangannya sehingga salah satu penduduk asli di desanya yaitu Bapak H. Komar mensuport untuk menjadi da’i tangguh yang di butuhkan semua golongan umat muslim.

Pria berputri dua ini tak mengira, bahwa jerih payahnya menjadi ustadz justru membawa berkah bagi daerahnya yang makin di kenal di ranah publik sebagai pencetak Da’i.

Sutarjo membeberkan, walau dulu banyak rintangan yang demikian saya tidak patah arang, justru malah saya berusaha dengan serius, dan alhamdullilah pengetahuan dan pengalaman saya bisa berkembang.

Nah soal hasil dalam menjadi ustad tentu saja itu bukan suatu tujuannya, sebab mengajarkan yang baik dan benar sesuai ajaran agama Islam serta mencerahkan kepada kaum muslimin adalah panggilan hati nurani yang paling pokok.

Namun Ia juga tak mengingkari, saat masuk bulan Syawal dalam sehari undangan ceramah pernah mencapai 10 tempat baik pagi, siang, sore dan malam hari, dan  pernah uang bensin yang di perolehnya dalam sehari 10 tempat mencapai lebih dari Rp. 2 juta, Nah ini yang puyeng sebab saya harus pandai-pandai mengatur waktu dan materi ceramah kemudian bisa hadir di semua undangan agar tidak mengecewakan yang mengundang  “Ungkap Sutarjo suami dari Purwanti tersebut.

Di akhir perbincangan dengan wartawan Pas TV, Pria berkumis yang sering melucu di mimbar tersebut juga menjelaskan, yang penting dalam hidup saya agar dapat lebih berguna untuk keluarga, agama dan bangsa, untuk itu pekerjaan dan amanah akan saya laksanakan, hal ini sesuai pesan orang saya  bapak Barut agar berbuat yang demikian “pungkasnya. “Fid”

 

Sharing Berita

Berita Terkait


Tidak Ada Komentar


Tinggalkan Komentar


*) Wajib Diisi